Karya Niken Haidar
Lama sudah semenjak pandemi melanda kami tiada meluncur mendaki gunung. Mumpung waktu dan tenaga sedang kompromi. Kata sepakat, berangkat hiking.
Berlima daki pegunungan terdekat di kota kami. Meski sudah terbiasa, mungkin karena lama jadinya penat juga. desah napas makin memburu. Seperti berburu dengan waktu yang semakin temaram. Beruntungnya beberapa depa lagi tanah lapang untuk berkemah di depan mata.
Mata yang semakin lelah seakan ingin terus menutup. Aku yang hampir terlelap terbangunkan langkah halus derak ranting yang tertindih. Kulihat kiri kanan kedua teman tenda yang telah tertidur lelap. Lembut terangkat tirai kemah. Lentik jemari nan putih, sesosok bayang ayu tersenyum. Berdesir antara sadar dan tidak. tertuntun langkahku. Detak napas berhenti sesaat. hatiku tertawan senyum lembutnya. Nina dia mengenalkan diri. meminta tolong hantarkan kekemahnya, karena tersesat jalan. Bak mendapatkan mutiara, hatiku tertawan perawan gunung. Tanpa banyak tanya, ikuti langkah ringannya.Pucuk dicinta ulampun tiba, tawaran singgah kuterima dengan senang hati. Ngobrol kanan kiri hingga tiada terasa akupun terlelap bersandingkan Nina. "Nu, bangun! Ngapain tidur sama gedebog*"tanya Toto. Aku hanya bisa melonggo bak kerbau.
JogloMoker17092022
*gedebog=batang pohon pisang