Karya Niken Haidar
Malam kian menjelang,
rintik hujan sedari senja masih betah saja. Melodi dawai rintiknya semakin
menderu. Bersambut angin yang menarikan dedaunan pohon mangga di depan rumah.
Bak raksasa yang sedang asyik bercengkrama. Bermain-main di gulita malam.
Seperti sihir kepala kami menuju arah. pada jendela kaca yang tembus gulita halaman
depan. Riuh tarian pepohonan di luar semakin gemuruh.Petir yang menyambar
sesekali hentakkan detak jantung. Bayang-bayang berkelebat berlarian kesana
kemari. Keluar dari lukisan yang berjejer rapi di bale klenteng. Beradu sinar
pedang, kami hanya bisa menontonnya dalam diam. Detak jantung semakin kencang.
Tangan Haidar semakin kencang mengenggam. Matanya terpejam, menahan takut yang
tak bisa diungkapkan. Deru hujan yang deras makin membuat suasana menjadi
mencekam. Tik tak tik tak deting jam dinding iramanya mencekam. Tok, tok, tok. pintu depan diketok, hantung kami seakan terhenti. Ketok pintu semakin kencang. Malah berganti gedor-gedor yang menguncang. "Mbak bukakan pintunya ada kiriman nasi kenduri".
Joglo02042021